selamat datang di website'q......

Rabu, 27 April 2011

Bersahabat dengan Waktu

Oleh: Betty Y. Sundari


"Demi waktu.  Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali mereka yang nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran."  (QS. Al-Ashr : 1-3)

Manusia hidup di dunia sebenarnya berada dalam masa penantian.  Penantian suatu waktu ketika dia akan memenuhi panggilan Penciptanya dalam keadaan siap atau pun tidak siap.  Suatu ketika segala yang dimiliki dan dikumpulkan di dunia tidak dapat dibwa, kecuali amal saleh yang menyertainya.

Alangkah merugi jika manusia hidup tidak memanfaatkan waktunya seefektif mungkin.  Waktu yang dijalani tidak dijadikan lahan untuk bekal kepulanggannya kelak di akhirat.  Waktu yang dimilikinya tidak dialokasikan sebagai aset untuk dapat ia nikmati kelak saat purnabakti di surga-Nya.  Naudzubillah.

Allah saja bersumpah atas nama waktu dan berfirman bahwa manusia itu sungguh berada dalam kerugian, kecuali mereka yang memanfaatkan waktunya untuk nasehat-menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.  Jadi, tidak ada kata terlambat untuk segera membenahi waktu-waktu yang kita miliki.

Mari kita melirik pembagian waktu yang dicontohkan Rasulullah saw.  Beliau membagi waktu menjadi tiga bagian:

1.  Waktu untuk Allah

Waktu yang beliau pergunakan untuk beribadah secara pribadi kepada Allah.  Saat-saat beliau bermesraan dengan Sang Khalik, seperti melaksanakan sholat wajib dan sholat sunah, tadabur Qur'an, bermahasabah, dan ibadah lainnya.


2.  Waktu untuk diri


Kehidupan Rasulullah tidak jauh berbedan dengan apa yang biasa dilakukan oleh orang lain.  Beliau pun tidak menggunakan waktunya hanya untuk kegiatan ibadah pribadi saja.  Ada waktu-waktu yang beliau pergunakan untuk istirahat, menjahit baju dan memperbaiki sendalnya.  Termasuk mempersiapkan diri berjihad dengan cara menjaga staminanya.


3.  Waktu untuk orang lain

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial bukan individu.  Rasulullah saw mencontohkan dalam kehidupannya, yaitu beliau mengalokasikan waktu untuk melayani kebutuhan masyarakat, mengajarkan ilmu atau berdakwah, dan mengurusi rumah tangganya.

Pembagian waktu yang dicontohkan Rasulullah tadi, tentu saja bukan berarti memilah-milah kegiatan.  Namun pembagian tersebut adalah untuk memudahkan dan mengingatkan kita bahwa waktu yang dimiliki harus digunakan sebaik mungkin.

Hakikatnya semua aktivitas Beliau adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT.  Bukankah Rasulullah mengajarkan kita bahwa segala sesuatu perbuatan tergantung pada niat yang kita miliki?

Sangat bijak bila kita, khususnya kaum muslimah mulai membenahi waktu-waktu yang dimilikinya.  Mewaspadai terhadap berbagai "pencuri waktu" yang senantiasa mengintai kelengahan kita.  Waspada saat menonton tayangan yang tidak jelas manfaatnya, melamun atau berpanjang angan-angan, mengobrol yang tidak bermanfaat, dan lainnya.  Segeralah istighfar, dan mulailah berdzikir kepada Allah agar langkah kita selanjutnya selalu dituntun-Nya.

Mulailah bersahabat dengan waktu, mengisinya dengan aktivitas yang dirindoi-Nya.  Bukan menjadikan waktu sebagai musuh yang akan menjatuhkan kita ke jurang kenistaan.

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hasyr: 18)

Kamis, 14 April 2011

Menjadi Orang yang Layak Ditolong Allah


Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Hati begitu tunduk, patuh, penuh takut, dan sangat mengharap sesuatu kepada selain Allah, itu namanya illah.  Tidak jarang kita menuhankan diri sendiri.  Ungkapan seperti saya bisa, saya mampu, saya berpengalaman, semuanya ada dalam pengetahuan saya, itu tidak tepat.  Jika mengantakannya hingga tingkat keyakinan bahwa tidak ada yang bisa melakukan sesuatu selain dirinya, maka itu juga sudah termasuk illah.

Memang benar, kita telah diberi beberapa kemampuan.  Tapi, tidak boleh melupakan Allah sebagai sumber kemampuan.  Kita berpengalaman, boleh saja.  Hanya saja kalau sampai yakin bahwa yang mampu menyelesaikan masalah adalah pengamalam kita, itu tidak benar.  Harus yakin yang menyelesaikan masalah hanyalah Allah.

Kalau Allah sudah menolong, maka semua urusan akan lancar.  Tugas kita sekarang adalah memposisikan diri jadi orang yang layak ditolong Allah.

Kalau dituntun Allah, urusan akan jauh lebih ringan, lebih tentram, efektif, dan efisien.  Sungguh berbahagia orang yang dipikirannya hanya untuk mengharap ridha Allah.  Orang mau dekat atau jauh, suka atau tidak, tidak masalah, yang penting Allah suka.

Kalau ada masalah, jangan sibuk menyelesaikan masalah dengan mengandalkan kemampuan diri.  Kalau ada masalah, terus pikirkan apa yang salah dalam diri kita sehingga ditimpa masalah.  Yang kedua, pikirkan bagaimana supaya kita ditolong Allah.  Allah tahu persis bagaimana kita taubat, bagimana kita bertawakkal, dan nanti Allah yang menuntun.

Biarlah Allah menyelesaikan masalah dari tempat yang tidak diduga.  Kita ikhtiar, tapi kita harus sudah benar-benar bertaubat.  Iringi dengan tawakkal yang benar.  Kalau ikhtiar tanpa taubat dan ikhtiar tanpa tawakkal, tidak ada artinya.

Kejadian apa pun harus membuat kita taubat kepada Allah.  Karena setiap kejadian dirancang oleh Allah agar kita menjadi dekat dengan-Nya.  Kalau kita sudah yakin, mantap, hati akan tenang, ajeg, tidak bingung.  Kalau belum yakin, maka akan goyah.  Islam itu disediakan supaya kita yakin kepada Allah.  Semua perintah Allah tujuannya supaya kita yakin kepada-Nya.

Sehebat apapun ilmu Islam, tapi hatinya tidak yakin ke Allah, ilmu itu buat apa?  Sehebat apapun ibadah, tapi hati tidak kenal kepada Allah, ibadah itu buat apa?

Harusnya, ilmu dan ibadah membuat kita semakin membersihkan hati.  Setelah itu, semakin yakin ke Allah.  Banyak ibadah, banyak ilmu tapi hati tidak yakin, pasti taubatnya tidak benar, ujub, merasa diri benar, merasa diri mampu, atau menuhankan orang lain.  Mudah-mudahan kita bisa menyelidiki hati kita dan tidak menuhankan diri sendiri atau pun orang lain.

Selasa, 05 April 2011

PERINGKAT IMAN

Iman antara satu orang dengan seorang yang lain tidak sama.  Ulama telah membagi iman menjadi 5 peringkat:

  1. Iman Taqlid
  2. Iman Ilmu
  3. Iman 'Ayan
  4. Iman Hak
  5. Iman Hakikat

1.  Iman Taqlid
  • Iman Taqlid adalah iman ikut-ikutan, yaitu orang yang beriman dengan semua rukun iman tetapi hanya  ikut-ikutan saja.
  • Pegangan Islamnya tidak kuat, prinsip Islamnya tidak kukuh.  Dia tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia beriman.  Kalau ditanya, "Apa bukti wujudnya Allah ?" Dia hanya mampu menjawab, "Saya mendengar orang berkata ada, maka saya pun mengatakan ada".
  • Sandaran keyakinannya pada orang lain, dia tidak memiliki dalil 'aqli maupun naqli (dalil akal atau dalil Al Qur'an) untuk membuktikan keyakinannya pada rukun iman.
  • Mayoritas umat Islam hari ini, baik berpangkat atau tidak, miskin atau kaya, bodoh atau bijak, adalah orang-orang yang beriman taqlid.  Mereka yang beragama Islam karena kebetulan dilahirkan dari ibu dan bapak yang beragama Islam.  Keyakinan mereka kepada Allah hanya karena kebiasaan sejak lahir.
  • Mereka lebih tahu tentang anatomi seekor kuman yang sangat kecil, daripada Allah yang Maha Besar.  Mereka lebih mahir tentang bentuk bumi yang sulit dan rumit daripada suasana kiamat yang dahsyat.  Mereka lebih yakin dengan teori sains daripada janji-janji Allah terkandung dalam Al Qur'an dan Hadist.
  • Sifat orang yang beriman taqlid terhadap agama Islam seperti daun kering yang ditiup angin kesana-kemari.  Mereka tidak dapat mengawal keyakinan nafsu yang liar, juga tidak sanggup berhadapan dengan ujian.

Menurut dalil yang paling jelas, iman taqlid ini tidak sah.  Segala amal ibadah orang yang beriman taqlid tertolak dan tidak mendapat pahala di sisi Allah.  Bila iman seseorang ini tidak diterima, seluruh amalannya tidak akan diterima.  Kalau orang ini mati dalam keadaan taqlid tanpa berniat menuntut ilmu dan menambah iman, maka mati sebagai orang kafir dan kekal di dalam Neraka.  Tetapi Allah memberi maaf kepada orang yang terlalu bodoh, walaupun telah belajar sungguh-sungguh tapi masih tidak dapat.  Ada ulama yang mengatakan iman taqlid bagi orang seperti itu, dengan syarat keyakinannya masih jazam.


2.  Iman Ilmu

Iman Ilmu adalah iman yang berdasarkan ilmu, yaitu seorang yang telah mempelajari tentang Allah, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kiamat dan lain-lain yang diwajibkan mengimaninya.  Ilmu minimal yang mesti dimiliki oleh seseorang yang membolehkan berada di taraf iman ilmu adalah:

  1. 20 Sifat yang wajib bagi Allah dengan dalil-dalil aqli (akal) dan naqli (Al Qur'an) secara ijmali (ringkas, tanpa kutipan yang terperinci).
  2. 20 Sifat yang mustahil bagi Allah dengan dalil-dalil aqli dan naqli secara ijmali.
  3. 1 Sifat yang mubah (boleh) bagi Allah dengan dalil-dalil aqli dan naqli secara ijmali.
  4. 4 Sifat yang wajib bagi Rasul, 4 Sifat yang mustahil bagi Rasul dan satu sifat yang boleh bagi Rasul dengan dalil-dalil aqli dan naqli secara ijmali.
Kesemua sifat Allah dan Rasul yang berjumlah 50 itu diyakini dan difahami sungguh-sungguh.  50 Sifat inilah yang terkandung dalam kalimat syahadat.  Inilah yang dikatakan 'aqaidul iman atau kesimpulan iman.  Jika seseorang itu telah mempelajarinya, memahami dan menyakininya maka orang ini dikatakan beriman ilmu.

Sifat-sifat orang yang beriman ilmu ialah:

  1. Imannya serta keyakinannya berasas dan kuat bertunjang pada akalnya.
  2. Iktiqadnya disertai dengan dalil yang kuat serta pegangan yang kokoh.
  3. Mereka benar-benar berada dalam fikiran tauhid yang mantap dan unggul, tidak mudah goyang dan terpengaruh dengan faham dan ideologi selain Islam.
  4. Walaupun begitu, mereka tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
  5. Mereka tidak takut pada Allah dan mudah berbuat durhaka pada Allah.
  6. Mereka hanya mampu mengatakan Islam tapi tidak mampu berbuat atau mengamalkannya.  Mereka tidak takut dengan ayat Allah yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman, jangan kamu perkatakan apa yang tidak kamu lakukan.  Teramat besar kebencian di sisi Allah, apa yang kamu katakan tetapi tidak kamu lakukan" (QS. As Shaf : 2-3)

Jadi iman ilmu belum lagi dapat menyelamatkan seseorang itu dari Neraka Allah, karena imannya baru berasas di akal dan belum menjunam ke hati.


3.  Iman Ayan

Iman Ayan, tarafnya lebih tinggi dari iman ilmu.  Hasil dari latihan yang bersungguh-sungguh, orang yang beriman ilmu akan meningkat kepada iman ayan.  Antara sifat orang-orang yang beriman ayan adalah:
  • Imannya bertempat di hati (jiwa), bukan lagi di pikiran sebagaimana orang beriman ilmu.
  • Hatinya senantiasa mengingat Allah.  Dia senantiasa mempunyai hubungan hati dengan Allah, firman Allah:
Mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk, dan waktu berbaring, dan mereka senantiasa memikirkan tenang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.  Maha Suci Engkau, jauhilah kami dari azab Neraka".  (QS. Ali Imran : 191)
  • Ibadahnya khusyuk dan meresap ke hati.
  • Senantiasa merasakan kebesaran Allah di mana saja berada dan menyerah diri kepada Allah tanpa syak dan ragu, firman Allah :
"Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu berjihad dengan harta dan diri mereka pada jalan Allah.  Mereka itulah orang-orang yang benar". (QS. Al Hujarat : 15)

  • Hati sensitif dengan Allah.  Bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.  Firman Allah :
"Bahwasanya orang Mukmin yang sebenar apabila disebut nama Allah, dan dibaca ayat-ayat Qur'an, bertambah iman mereka dan hanya kepada Tuhan mereka (Allah) saja mereka menyerah diri". (QS. Al Anfar : 2)
  • Semua perintah Allah, kecil atau besar dipatuhi dan semua larangan Allah baik sesuai atau tidak sesuai nafsunya, ditinggalkan dengan penuh kerelaan.  Firman Allah :
"Kami dengan dan kami taat, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS. An Nur : 51)
  • Terlalu sensitif dengan dosa.  Sabda Rosulullah :
"Orang Mukmin itu, apabila terbuat sedikit dosa, terasa seperti gunung yang besar, yang hendak menimpa mereka".
  • Sangat berakhlak dengan Allah dan dengan manusia.  Hati senantiasa merasa khusyuk, takut, terasa diawasi oleh Allah, tidak cinta dunia, dll.
  • Sabar berhadapan dengan ujian-ujian hidup.  Sudah mampu mengamalkan Islam dalam diri, keluarga dan masyarakat.
  • Senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah.
  • Tidak lama di hisab di akhirat dan mudah masuk ke syurga.
Di dalam Al Qur'an, Allah memuji golongan yang beriman ayan dan menamakan mereka dengan berbagai nama yang baik, diantaranya :
  • Solehin (orang-orang yang baik)
  • Abrar (orang-orang yang berbakti)
  • Muflihun/Al Faizun (orang-orang yang mendapat kemenangan)
  • Ashabul Yamin (orang yang menerima suratan amalan dari sebelah kanan di Padang Mahsyar nanti).


4.  Iman Haq

Iman haq adalah iman yang sebenarnya, yang dicapai sesudah iman ayan.  Seseorang yang mencapai iman haq, mata hatinya melihat Allah, artinya setiap kali ia melihat kejadian, hati dan fikirannya tertumpu kepada Allah.  Sifatnya ialah :
  • Ingatannya kepada Allah bukan dibuat-buat, terasa hebat dan takut kepada Allah setiap masa.  Hatinya tidak lekang dari mengingati Allah, karam atau khusyuk dengan-Nya.
  • Hati tidak terpaut dengan dunia dan tidak dapat dilalaikan oleh nafsu dan syaitan.  Cintanya penuh pada Allah dan pada kehidupan akhirat.
  • Mereka diberi gelar sebagai Muqorrobin oleh Allah, yakni orang-orang yang terlalu dekat dirinya dengan Allah.
  • Hati dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah seperti zuhud, ikhlas, tawadhuk, dll.
  • Mereka senantiasa menunaikan perintah Allah, tidak merasa gembira bila dipuji dan tidak merasa hina bila dikeji.
  • Kebahagiaan hati mereka lebih utama daripada uang.  Mereka mendapat Al Jannatu 'Ajilah atau syurga yang disegerakan.
  • Mereka cinta akhirat sebagaimana orang lain mencintai dunia.  Mereka inilah yang layak Allah serahkan dunian ini untuk diurus.  Firman Allah :
"Sesungguhnya Allah akan wariskan bumi ini kepada orang yang sholeh". (QS. Al Anbiya : 105)
  • Merekalah yang dikenal sebagai wali Allah, karena memiliki sifat-sifat istimewa.

5.  Iman Hakekat

Iman hakekat ialah peringkat iman yang tertinggi dan paling sempurna.  Inilah taraf iman yang dimiliki oleh para Rasul, Nabi, Khulafaur Rasyidin dan wali-wali besar, yaitu para kekasih Allah.  Mereka akan ditempatkan oleh Allah di dalam syurga yang paling tinggi.  Mereka dimasukkah ke dalam syurga tanpa melalui hisab.  Hidup mereka 24 jam asyik dengan Allah.  Hati mereka kekal mengingati Allah dalam tidur maupun terjaga.  Setiap perbuatan mereka smua menjadi ibadah kepada Allah.  Akhlak mereka terbaik dan termulia.  Allah akan turunkan barokah di mana mereka berada.  Merekalah golongan super-scale akhirat.  Hidup di dalam Syurga Yang Maha Indah dan Maha Lezat.  Allah karuniakan nikmat tersebut untuk membalas cinta dan pengorbanan mereka yang sungguh besar.

Rabu, 30 Maret 2011

Opick - Tiada Duka Yang Abadi

Tiada duka yang abadi didunia
Tiada sepi merantaimu selamanya
Malam 'kan berakhir, hari 'kan berganti
Takdir hidup 'kan dijalani

Tangis dan tawa nyanyian yang mengiring
Hati yang rindukan cinta dijalan-Mu
Namun ku percaya hati meyakini
Semua akan indah pada akhirnya

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Waktu berputar rebulan dan matahari
Bunga yang mekar akan layu akan mati
Malam 'kan berakhir, hari 'kan berganti
Takdir hidup 'kan dijalani

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Andai bisa ku mengulang
Waktu hilang dan terbuang
Andai bisa perbaiki segala yang terjadi
Tapi waktu tak berhenti
Tapi detik tak kembali
Harap ampunkan hamba-Mu ini
Harap ampunkan hamba-Mu ini

Kamis, 24 Maret 2011

Opick - Dengan-Mu Aku Tenang

Tuhan sentuh aku dengan cinta-Mu
Basuh rindu dendam hatiku
Berlari mencari diri-Mu
Terbata meraba di fatamorgana dunia

Tuhan ampun bila hamba terlena arungi sang hidup
Nenangis tercenung nafsu butakan sang mata
Berlutut memohon Engkau ampuni sang jiwa

Lewati sepi lewati duka
Di kehidupan yang sementara
Di dalam bising di dalam tawa
Hanya dengan-Mu aku tenang
Aku tenang

Berlari mencari terlempar tak pasti
Terbata meraba di fatamorgana dunia
Menangis tercenung nafsu butakan sang mata
Berlutut memohon Engkau ampuni sang jiwa

Lewati sepi lewati duka
Di kehidupan yang sementara
Di dalam bising di dalam tawa
Hanya dengan-Mu aku tenang
Aku tenang
Aku tenang
Aku tenang

 

Opick - Di Bawah Langit-Mu


Di bawah langit-Mu bersujud semua
Memuji memuja asma-Mu
Dan bertasbih semua makhluk-Mu
Tunduk berharap cinta dan kasih-Mu

Cahaya Ilahi
Hangatnya di hati
Di langkah sejuta wajah
Terbata penuh salah
Jalani sang hidup
Terluka terhempas berdosa


Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah
Subhanallah Subhanallah

Hitam putih jalan hidup
Pahit getir warna dunia
Tangis tawa rasa hati
Terluka atau bahagia

Rasa bangga sementara
Setiap duka tak abadi
Semua wajah 'kan dipuji
Pada Allah kita kan kembali

Dan bertasbih semua makhluk-Mu
Tunduk berharap cinta dan kasih-Mu

Rabu, 23 Maret 2011

Opick - Khusnul Khotimah

terangkanlah.. terangkanlah..
jiwa yang berkabut langkah penuh dosa
bila masa tlah tiada
kereta kencana datang tiba-tiba

airmata dalam luka tak merubah ceritanya
hanya hening dan berjuta tanya
dalam resah dalam pasrah

terangkanlah.. terangkanlah..
hati yang mengeluh saat hilang arah
detik waktu yang memburu
detik yang tak pernah kembali padaMu

terangilah.. terangilah..
bimbing kami dalam langkah
ampunilah.. maafkanlah..
dosa hidup sebelum di akhir masa

ya Allah biha ya Allah biha
ya Allah bi khusnul khotimah
ya Allah biha ya Allah biha
ya Allah bi khusnul khotimah